Kamis, 29 Juli 2010

Bogor Agricultural University


Address :
Jl. Raya Dramaga, Kampus IPB Dramaga
Jl. Raya Padjajaran, Kampus IPB Baranangsiang
Jl. Raya Padjajaran, Kampus IPB Gunung Gede
Bogor-West Java, Indonesia

Website : http://www.ipb.ac.id

Senin, 26 Juli 2010

Kaki Robocop Sebagai Solusi Terbaru Pengganti Kursi Roda

Rex (cnet)
Jakarta - Kabar gembira untuk pengguna kursi roda. Sebuah robot kaki baru saja dikembangkan untuk membantu para pengguna agar bisa berdiri dan berjalan lagi dengan kedua kakinya. Bahkan bisa untuk naik-turun anak tangga.

Robot kaki dari Selandia Baru ini bernama Rex alias Exoskeleton Robotic. Sang robot, nantinya akan menempel di samping kaki untuk menyokong tubuh pengguna. Dari penampilannya, kaki robot ini mirip dengan kaki Robocop, polisi super berkat teknologi robot.

"Aku tidak akan lupa bagaimana rasanya melihat kakiku berjalan saat pertama kali menggunakan Rex," ucap Allen Hayden, berkaca-kaca. Allen adalah orang pertama yang mencoba menggunakan Rex. Ia mengalami cedera patah tulang belakang akibat kecelakaan motor.

"Orang-orang menyuruhku untuk melihat ke depan ketika berjalan, tapi aku tak bisa berhenti melihat kakiku yang bergerak," ujarnya, takjub.

Robot dengan bobot 84 pound (sekitar 38 kilogram) ini dikembangkan oleh perusahaan Rex Bionics yang berbasis di Auckland. Pendiri perusahaan, Richard Little dan Robert Irving, memiliki ibu yang menggunakan kursi roda. Itu salah satu alasan mengapa mereka mengerti betul kesulitan para pengguna kursi roda.

Tujuh tahun yang lalu, Irving juga sempat divonis kena multiple sclerosis, suatu penyakit autoimmune yang menyerang sistim saraf pusat. Dalam beberapa kasus dapat menyebabkan kelumpuhan.

Sejak saat itu, kedua pendiri perusahaan robot kaki ini memutuskan untuk membuat robot yang mampu membantu para pengguna kursi roda untuk berjalan.

Robot dengan daya tahan dua jam penuh baterai ini mempunyai beberapa batasan bagi orang yang akan menaikinya. Para pengguna diharuskan memiliki tinggi sekitar 4-6 feet (sekitar 120-180 centimeter), berat kurang dari 220 pounds (kurang dari 100 kilogram) dan mempunyai lingkar pinggang kurang dari 14,9 inch (37,85 centimeter).

Para pengguna nantinya dapat mengontrol robot kaki dengan menggunakan joystick tangan dan pad kontrol untuk manuver yang membantu mobilitas perangkat. Hanya saja robot ini tidak mampu berjalan di tempat yang licin atau permukaan yang tidak datar, seperti salju, pasir, rumput dan lumpur.

Rex dibanderol dengan harga cukup mahal, US$ 150 ribu (sekitar Rp 1,35 miliar). Lagipula, kaki "Robocop" ini baru tersedia di Selandia Baru. Untuk negara lain, kabarnya baru akan dipasarkan mulai tahun depan.

Dikutip dari www.detikinet.com (Senin, 26 Juli 2010)

Minggu, 18 Juli 2010

Sapi Bali sebagai Kekayaan Plasma Nutfah Indonesia


Gambar Sapi Bali Betina (Sumber : http://bimaagro.blogspot.com/)


Gambar Sapi Bali Jantan (Sumber : http://bimaagro.blogspot.com)

Sapi Bali merupakan salah satu kekayaan plasma nutfah asli dari negeri kita yang harus kita lestarikan. Sapi Bali merupakan sapi keturunan Bos sondaicus (Bos Banteng) yang berhasil dijinakkan dan mengalami perkembangan pesat di Pulau Bali. Sapi Bali asli mempunyai bentuk dan karakteristik sama dengan banteng. Sapi Bali termasuk sapi dwiguna (kerja dan potong). Sapi Bali hingga saat ini masih hidup liar di Taman Nasional Bali Barat, Taman Nasional Baluran dan Taman Nasional Ujung Kulon. Sapi asli Indonesia ini sudah lama didomestikasi suku bangsa Bali di pulau Bali dan sekarang sudah tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Sapi bali penyebarannya cukup merata di wilayah Indonesia.

Sapi Bali memiliki tubuh berukuran sedang, dadanya dalam, tidak berpunuk dan kaki-kakinya ramping. Kulitnya berwarna merah bata. Cermin hidung, kuku dan bulu ujung ekornya berwarna hitam. Kaki di bawah persendian karpal dan tarsal berwarna putih. Kulit berwarna putih juga ditemukan pada bagian pantatnya dan pada paha bagian dalam kulit berwarna putih tersebut berbentuk oval (white mirror). Pada punggungnya selalu ditemukan bulu hitam membentuk garis (garis belut) memanjang dari gumba hingga pangkal ekor.

Sapi Bali jantan berwarna lebih gelap bila dibandingkan dengan sapi Bali betina. Warna bulu sapi Bali jantan biasanya berubah dari merah bata menjadi coklat tua atau hitam legam setelah sapi itu mencapai dewasa kelamin. Warna hitam dapat berubah menjadi coklat tua atau merah bata apabila sapi itu dikebiri.

Ukuran tubuh sapi Bali ternyata sangat dipengaruhi oleh tempat hidupnya yang berkaitan dengan manajemen pemeliharaan di daerah pengembangan. Sebagai gambaran umum ukuran tubuh yang dilaporkan Pane (1990) dari empat lokasi berbeda (Bali, NTT, NTB dan Sulawesi selatan) diperoleh data sbb:

* Tinggi gumba Jantan : 122-126 cm.
* Tinggi gumba Betina : 105-114 cm.
* Panjang badan Jantan : 125-142 cm.
* Panjang badan Betina : 117-118 cm.
* Lingkar dada Jantan : 180-185 cm.
* Lingkar dada Betina : 158-160 cm
* Tinggi panggul : 122 cm
* Lebar dada: 44 cm
* Dalam dada: 66 cm.
* Lebar panggul : 37 cm
* Berat sapi jantan : 450 kg.
* Berat Sapi Betinanya: 300 – 400 kg.

Karakteristik reproduktif antara lain :

* Fertilitas sapi Bali : 83 – 86 %, lebih tinggi dibandingkan sapi Eropa yang 60 %.
* Periode kehamilan: 280 – 294 hari.
* Persentase kebuntingan: 86,56 %.
* Tingkat kematian kelahiran anak sapi : 3,65 %
* Persentase kelahiran : 83,4 %.
* Interval penyapihan: 15,48 – 16,28 bulan.
* Umur dewasa kelamin betina : 18-24 bulan, kelamin jantan : 20-26 bulan (Payne dan Rollison, 1973; Pane, 1991).
* Umur kawin pertama betina: 18-24 bulan, jantan: 23-28 bulan
* Beranak pertama kali : 28-40 bulan dengan rataan 30 bulan (Sumbung et al., 1978; Davendra et al., 1973; Payne dan Rollinson, 1973).
* Lama bunting : 285-286 hari (Darmadja dan Suteja, 1975).
* Jarak beranak : 14-17 bulan (Darmadja dan Sutedja, 1976).
* Persentase kebuntingan : 80-90%.
* Persentase beranak : 70-85% (Pastika dan Darmadja, 1976; Pane, 1991).
* Rata-rata siklus estrus : 18 hari, pada sapi betina dewasa muda berkisar antara 20 – 21 hari.
* Sedangkan pada sapi betina yang lebih tua : 16-23 hari (Pane, 1979) selama 36 – 48 jam berahi dengan masa subur antara 18 – 27 jam (Pane 1979; Payne, 1971) dan menunjukkan birahi kembali setelah beranak antara 2-4 bulan (Pane, 1979).
* Sapi Bali menunjukkan estrus musiman (seasonality of oestrus), pada Bulan Agustus – januari : 66%. Pada Bulan Mei – Oktober : 71%
* Data dari kelahiran terjadi bulan Mei – Oktober,dengan sex ratio kelahiran jantan : betina sebesar 48,06% : 51,94% (Pastika dan Darmadja, 1976).
* Persentase kematian sebelum dan sesudah disapih pada sapi Bali berturut-turut adalah 7,03% dan 3,59% (Darmadja dan Suteja, 1976).
* Persentase kematian pada umur dewasa sebesar 2,7% (Sumbung et al., 1976).
* Berat lahir sapi Bali anak betina sebesar 15,1 kg,dan 16,8 kg untuk anak jantan (Subandriyo et al., 1979)
* Berat lahir sapi Bali pada pemeliharaan dengan mono kultur padi, pola tanam padi-palawija dan tegalan masing-masing sebesar 13,6, 16,8 dan 17,3 kg (Darmaja, 1980).
* Berat sapih kisaran antara 64,4-97 kg (Talib et al., 2003), untuk sapih jantan sebesar 75-87,6 kg dan betina sebesar 72-77,9 kg (Darmesta dan Darmadja, 1976); 74,4 kg di Malaysia (Devendra et al., 1973); 82,8 kg pada pemeliharaan lahan sawah, 84,9 kg dengan pola tanam padi – palawija, 87,2 kg pada tegalan (Darmadja, 1980).
* Berat umur setahun berkisar antara 99,2-129,7 kg (Talib et al., 2003) dimana sapi betina sebesar 121-133 kg dan jantan sebesar 133-146 kg (Lana et al., 1979).
* Berat dewasa berkisar antara 211-303 kg untuk ternak betina dan 337-494 kg untuk ternak jantan (Talib et al., 2003).
* Pertambahan bobot badan harian sampai umur 6 bulan sebesar 0,32-0,37 kg dan 0,28-0,33 kg masing-masing jantan dan betina (Subandriyo et al., 1979; Kirby, 1979).
* Pertambahan bobot badan pada berbagai manajemen pemeliharaan antara lain pemeliharaan tradisional sebesar 0,23-0,27 kg (Nitis dan Mandrem, 1978); penggembalaan alam sebesar 0,36 kg (Sumbung et al., 1978); perbaikan padang rumput sebesar 0,25-0,42 kg (Nitis, 1976); pemeliharaan intensif sebesar 0,87 kg (Moran, 1978).

Sapi Bali memiliki sedikit lemak, kurang dari 4% (Payne dan Hodges, 1997) tetapi persentase karkasnya cukup tinggi berkisar antara 52-60% (Payne dan Rollinson, 1973) dengan perbandingan tulang dan daging sangat rendah; komposisi daging 69-71%, tulang 14-17% lemak 13-14% (Sukanten, 1991).

Sumber :
http://ohsapi.blogspot.com/
http://teamtouring.net/
http//balivetman.wordpress.com/
http://bimaagro.blogspot.com/

Kamis, 15 Juli 2010

Citarasa Melayu di Seribu Rasa

Bondan Winarno - detikFood














Foto: Bondan W

Jakarta - Satu lagi restoran yang mengedepankan citarasa Peranakan - fusion Tionghoa-Melayu. Restoran ini dikelola oleh Penang Bistro yang sudah lebih dulu punya nama di Jakarta. Dilihat dari tempat maupun penataan dekorasinya, jelas sekali Seribu Rasa diposisikan sebagai restoran fine dining. Tempatnya chic, sekalipun masih dalam batas casual.

Dari menu hidangan pembukanya, dapat dipilih: Tahu Kinabalu (Rp 30 ribu); Kue Pie Tie (Rp 28 ribu), juga disebut Selat Popia; Udang Gulung (Rp 37 ribu); Lumpia Hokkien (Rp 28 ribu), atau Cakwe Seafood (Rp 34 ribu). Beberapa yang sudah saya coba antara lain adalah Tahu Kinabalu, yaitu tahu cincang dicampur ikan asin, lalu digoreng. Udang Gulung-nya juga mantap dengan rasa udang yang intens.

Ada juga hidangan pembuka yang agak berat - kecuali disantap bersama - seperti: Satay Nusantara (Rp 27 ribu); Satay Udang, Sate Sapi, atau Sate Cumi (Rp 29-36 ribu), dan Kerabu Mangga (Rp 26 ribu).

Hidangan utamanya mengedepankan Ikan Jurung Kukus/Goreng, Gulai Kepala Ikan (Rp 90 ribu), Sambal Udang Bukittinggi (Rp 61 ribu), Udang Ronggeng Telur Asin, Kepiting Lada Hitam, dan lain-lain. Semula saya heran, kenapa harga ikan jurung sangat murah di sini - Rp 28 ribu per 100 gram. Padahal, di Medan atau di Pontianak harganya cukup mahal. Ternyata, ini jenis ikan jurung tamiang yang sisiknya tidak seberapa besar. Tetapi, tekstur daging ikannya hampir sama lembutnya dengan ikan jurung yang asli.

Tentu saja, signature dish kawasan Melayu seperti Nasi Lemak Melaka (Rp 46 ribu), Lontong Sayur Medan (Rp 48 ribu), atau Laksa Tuna (Rp 38 ribu) pun harus ada di Seribu Rasa.

Di Seribu Rasa, kita tidak akan pernah salah pilih. Semuanya top markotop! Beberapa di antaranya bahkan harus diacungi dua jempol. Mak nyuss!

Jangan lupa menyisakan ruang di perut untuk kudapan pencuci mulutnya. Ada Ketan Durian Malaka, Es Dawet nDoro Putri, Singkong Gondo Arum, Klappertaart, dan juga Ketan Hitam Mangga.

Seribu Rasa juga menyajikan set menu dengan harga antara Rp 700 ribu hingga Rp 1 juta untuk lima orang. Juga tersedia empat ruang khusus yang dapat dipakai untuk business luncheon/dinner maupun arisan. (Bondan Winarno)


Seribu Rasa
Jl. H. Agus Salim 128
Jakarta Pusat
021 3928892
www.seriburasa.com

Sumber : www.detikfood.com